Selasa, 18 Januari 2011

masalah pengangguran

Masalah Pengangguran
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali atau seseorang yang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang ada .Pengangguran sering kali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktifitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan maslah-masalah social lainnya. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
Jenis dan Macam Pengangguran
1. Pengangguran Friksional
Pengangguran Friksional adalah pengganguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis anatara pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerjaan.
2. Pengangguran Struktural
Pengangguran struktural adalah keadaan di mana penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.
3. Pengangguran Musiman
Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur.
4. Pengangguran Siklikal
Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja. Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik, keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang. Badan Pusat satistik (BPS) DKI Jakarta mencatat hingga Agustus 2009 tingkat pengangguran terbuka di Ibu kota mencapai 569.340 orang atau 12,15 persen. Jumlah itu mengalami penurunan 0,01 persen dibanding TPT pada agustus 2008 yang mencapai 580.510 orang atau 12,16 persen. Penurunan itu hamper terjadi diseluruh wilayah DKI kecuali di Jakarta Pusat, Jakarta Timur dan Kepulauan Seribu. Di Jakarta Timur jumlah pengangguran naik dari 166.370 orang pada 2008 menjadi 175.440 orang ditahun 2009. Sedangkan di Jakarta Pusat, jumlah TPT di tahun 2008 sebanyak 56.350 orang naik menjadi 59.540 orang pada tahun 2009. Sedangkan angka TPT di Kepulauan Seribu mengalami kenaikan dari 92 ribu orang di tahun 2008 menjadi 97 ribu orang di tahun ini. Sementara itu, daerah yang mengalami penurunan angka TPT yaitu Jakarta Selatan dari 133.070 pengangguran di tahun 2008 menjadi 127.680 orang pada tahun ini. Jakarta Barat, pada tahun 2008 angka TPT mencapai 114.210 orang, kini menurun menjadi 109.140 orang. Hal yang sama juga terjadi di Jakarta Utara. Angka TPT di tahun 2008 mencapai 109.600 orang, kini menurun menjadi 96.570 orang.
Kepala BPS DKI Jakarta, Agus Suherman, mengatakan kenaikan pengangguran terbesar terjadi di Jakarta Timur dan Jakarta Pusat. Sedangkan penurunan TPT terbesar ada di wilayah Jakarta Selatan. Namun, jika ditotal pengangguran di DKI Jakarta mengalami penurunan. “Penurunannya sangat tipis sekali, hanya 0,01 persen,” kata Agus di Jakarta. Dia memaparkan dari total pengangguran di ibu kota, tingkat pendidikan yang paling banyak menyumbangkan angka pengangguran yaitu lulusan siswa menengah kejuruan (SMK) dan yang paling kecil lulusan Diploma I-III. Rinciannya, adalah TPT dari lulusan SMK sebanyak 156.390 orang, lulusan SMU sebanyak 146.198 orang, lulusan SMP 86.866 orang, lulusan SD sebanyak 75.203 orang, lulusan universitas (S1-S3) sebanyak 73.417 orang, dan lulusan diploma (DI-DIII) sebanyak 31.266 orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar